Tuesday, January 12, 2016

Akuaponik

hidroponik Akuaponik
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi (kotoran) dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, kotoran hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Karena sistem hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan, dan sebagainya.

Akuaponik terdiri dari dua komponen penting, yaitu bagian hidroponik di mana tanaman tumbuh, dan bagian akuakultur di mana ikan dipelihara. Sedimen dari sistem akuatik seperti kotoran ikan dan pakan yang tidak dimakan dapat terakumulasi pada sistem pemeliharaan ikan yang tertutup dan tanpa sirkulasi. Sedime ini dapat menjadi racun bagi ikan pada konsentrasi tinggi, namun bernutrisi bagi tumbuhan. Selain dua sistem utama di atas, akuaponik dapat memiliki sistem tambahan seperti biofilter yang menjadi tempat bagi bakteri nitrifikasi untuk mengubah amonia dari kotoran ikan menjadi nitrat yang dapat digunakan oleh tumbuhan, dan aerator yang mengirimkan udara ke air agar akar tumbuhan dapat bernafas.

Tanaman ditumbuhkan di sistem hidroponik dengan akar mereka terendam dalam larutan penuh nutrisi. Hal ini membuat tanaman mampu menyerap senyawa nitrogen yang dapat bersifat racun bagi ikan, sehingga akar berfungsi sebagai penyaring. Setelah air selesai melalui sistem hidroponik, air dibersihkan diaerasi sebelum kembali ke sistem akuakultur. Kemudian siklus berlanjut. Beberapa sistem untuk hidroponik dapat digunakan dalam akuaponik seperti kultur air dalam dan nutrient film technique. Sistem aeroponik tidak dianjurkan karena sedimen dari sistem akuakultur dapat menyumbat sprinkler.

Sebagian besar sayuran daun dapat tumbuh dengan baik pada sistem hidroponik dalam akuaponik, namun yang telah terbukti menguntungkan adalah kol china, selada, selasih, mawar, tomat, okra, blewah, dan paprika. Karena tanaman pada fase pertumbuhan memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda, fase pemanenan dapat dilakukan bersamaan dengan penanaman benih atau bibit. Hal ini dilakukan untuk menjaga penyerapan nutrisi yang stabil sepanjang waktu.
Read more

Monday, January 4, 2016

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidroponik

Kualitas Air

Sebagai aturan umum, semua air yang cocok untuk diminum atau digunakan untuk mengairi Greenhouse sangat ideal untuk hidroponik. Agar lebih tepat, air yang cocok untuk hidroponik harus memiliki konduktivitas ( EC ) yang kurang dari 500 uS / cm, atau total konsentrasi garam ( TDS ) kurang dari 350 ppm.Yang perlu diperhatikan juga adalah PH air sebelum digunakan untuk menanam secara hidroponik. Setting PH air pada range PH sesuai jenis tanaman yang akan ditanam secara hidroponik.

Electrical Conductivity/E.C

Anda bisa mengukur EC pada larutan nutrisi anda menggunakan EC meter, angka EC menunjukkan jumlah garam terlarut dalam larutan nutrisi. Biasanya ditunjukkan pada skala mikrosiemen (uS / cm) atau millisiemens (ms / cm). Range EC pada setiap tanaman untuk setiap fase pertumbuhan dan juga setiap jenis tanaman tentu saja akan berbeda beda, anda bisa cek di tabel PH, EC dan PPM untuk mengetahui range EC pada setiap tanaman. Sebagai Contoh EC untuk Lettuce range 0.8-1.2 ms/cm .EC tidak bisa mewakili masing-masing hara terlarut, jadi untuk hasil optimal pastikan nutrisi hidroponik yang anda gunakan memiliki keseimbangan komposisi antar unsure hara yang baik.

TDS / PPM

TDS = Total Dissolved solids , atau jumlah padatan terlarut. TDS satuannya adalah PPM atau part per million ( bagian per sejuta ), biasa diukur menggunakan TDS meter. Untuk para pelaku hidroponik ada yang menggunakan Ppm sebagai acuan dalam menanam secara hidroponik namun ada juga yang menggunakan EC meter sebagai acuan dalam berkebun hidroponik. Dalam satu literature ada yang menyebutkan bahwa EC 1 mS/cm = 700 Ppm. Namun angka ini bukan pathokan baku karena tergantung pada kualitas dan kemurnian bahan kimia yang digunakan. Prinsip kerja EC meter dan TDS meter sama yaitu mengukur penghantaran listrik antara katoda dan anoda.

Derajat Keasaman / PH

PH atau derajat keasaman sangat penting diperhatikan untuk kesuksesan dalam berhidroponik. Ada baiknya anda memiliki alat ukur ph meter agar proses menanam secara hidroponik bisa berjalan dengan baik. PH adalah logaritma negative pangkat sepuluh dari grammol H + / liter. PH biasa ditunjukkan dengan angka 0 -14. Angka 7 adalah PH netral, dibawah 7 masuk golongan Asam sedangkan diatas 7 bersifat Basa. Setiap tanaman memiliki rentang PH yang berbeda untuk bisa optimal ( lihat tabel PH,ec dan tds ). Kebanyakan Tanaman bisa tumbuh optimal biasanya pada range PH 5,5- 6,5. Namun untuk bisa tumbuh PH range yang diijinkan adalah 5,5 – 7,5. Dalam menentukan PH optimal untuk tanaman memang ada daftar tabel sebagai acuan, namun itu juga bukan angka baku. Karena hasil dilapangan dengan kondisi air dan juga lingkungan yang berbeda bisa menghasilkan hasil yang berbeda. Ada literature menyebutkan bahwa PH optimal untuk tanam selada adalah 5,8 dan menghasilkan sayuran yang hasilnya optimal, namun ada juga yang menggunakan PH 6 hasil juga sama. Mari berkreasi dan terus mencoba. Range PH yang diijinkan untuk larutan nutrisi hidroponik adalah antara 5 – 8, dibawah atau diatas range PH ini biasanya akan ada masalah pada larutan nutrisi hidroponik. Biasanya terjadi endapan pada larutan nutrisi yang akan berakibat pada defisiensi kebutuhan unsure hara tanaman.

Kondisi ( lingkungan ) Perakaran

Tanaman untuk berkembang dan mencapai produksi maksimal harus selalu memiliki lingkungan akar optimal, anda tentu saja harus membuat kondisi lingkungan perakaran seoptimal mungkin agar tanaman yang kita tanam tumbuh dan berkembang secara optimal. Kriteria lingkungan akar yang baik adalah sebagai berikut:
  1. Selalu usahakan larutan nutrisi untuk perakaran memiliki cukup oksigen dan juga memiliki keseimbangan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jika kekurangan oksigen maka akar akan susah menyerap nutrisi, akibatnya akan terjadi defisiensi unsure pada tanaman. Usahakan tidak ada lagi karbon dioksida dalam lingkungan perakaran.
  2. Pembentukan populasi mikroba dalam media untuk menguraikan jaringan akar mati dan sekresi akar.
  3. Isolasi akar terhadap fluktuasi yang merugikan disuhu. Suhu di akar harus tidak kurang dari 68 derajat F (20 derajat C).
  4. Penyediaan media tanam sebagai penahan tanaman sehingga akar dapat secara fisik mendukung tanaman. Misalnya, mentimun akan membutuhkan teralis untuk mendukung berat buah.
  5. Benar-benar bebas dari faktor-faktor yang berbahaya, seperti serangga hama, patogen akar, bahan kimia beracun, dll Kondisi ini relatif mudah untuk mencapai dalam hidroponik.
Read more

Thursday, December 24, 2015

Jenis Tanaman Hidroponik yang Sering Dibudidayakan

Banyak sekali jenis tanaman hidroponik terutama sayuran yang cocok dan bisa ditanam dengan cara bercocok tanam tanpa media tanah tersebut. Tanaman hidroponik ini bisa dibudidayakan di rumah, loh. Maka dari itu saat ini hidroponik sudah banyak dipilih juga bagi mereka yang ingin bercocok tanam, tetapi tidak memiliki lahan atau malas keluar rumah. Sistem hidroponik ini bisa dilakukan di depan rumah, di samping rumah, ataupun di belakang rumah.

Yang menjadi salah satu kelebihan dari sistem tanam hidroponik ini adalah tidak membutuhkan tanah. Tanah yang berfungsi sebagai media untuk melarutkan unsur hara untuk diserap tumbuhan, digantikan oleh media lain dalam sistem hidroponik. Akan tetapi faktor utamanya tetap ada pada larutan nutrisinya. Jika memang benar kita bisa bercocok tanam dengansistem hidroponik di rumah, lalu tanaman apa saja yang bisa ditanam?

3 Jenis Tanaman Hidroponik yang Mudah Ditanam

Pada dasarnya ada banyak tanaman yang bisa ditanam dengan metodeo penanaman hidroponik atau dengan media air ini. Jenis tanaman sayuran adalah yang paling banyak ditanam. Dan berikut ini adalah tiga jenis tanaman sayuran yang paling sering ditanam dengan sistem hidroponik:

1. Selada
Daun selada dinilai menjadi salah satu pilihan terbaik jika Anda ingin menanam sayuran dengan sistem hidroponik. Apalagi selada tidak membutuhkan perhatian yang telralu rumit agar bisa tumbuh subur dan bisa dipanen dengan cara hidroponik. Pada saat bibit tanaman selada disemai, hanya dalam waktu kurang dari dua minggu bibit akan tumbuh dua daun. Barulah setelah itu dipindahkan ke media tanam utama untuk dialiri air dan larutan nutrisi agar pertumbuhannya cepat. Pertumbuhannya cepat dan panennya juga cepat. Ketika bagian luar daunnya dipotong, maka bagian dalam akan tumbuh lagi dengan cepat untuk menggantikannya.

2. Sayuran Berdaun Hijau
Jenis tanaman hidroponik selanjutnya adalah sayuran berdaun hijau. Sama halnya dengan tanaman selada, sebagian besar jenis sayuran yang daunnya hijau juga bisa tumbuh dengan baik menggunakan sistem hidroponik. Beberapa jenis sayuran berdaun hijau yang bisa Anda tanam dengan sistem hidroponik diantaranya bayam, kangkung, sawi, dan sebagainya. Akan tetapi Anda harus memperhatikan tanaman sayuran berdaun hijau tersebut agar tumbuhnya tidak terlalu besar, karena akan mengganggu sirkulasi udara. Lama untuk memanen sayuran berdaun hijau ini pun terbilang cepat, yaitu pada hari ke-26 sampai hari ke-29. Jika lebih dari 29 hari rasa sayurannya bisa pahit.

3.Timun
Timun juga menjadi salah satu jenis tanaman hidroponik yang paling banyak ditanam. Tetapi timun lebih membutuhkan perhatian ekstra ketimbang dua jenis tanaman sebelumnya.
Lebih-lebih masalah tempatnya, karena timun pasti membutuhkan tempat yang lebih luas. Nah, jika tahu demikian, tentu saja Anda bisa menanam sendiri sayuran yang Anda butuhkan dan memanennya sendiri setiap beberapa minggu sekali. Dengan demikian Anda bisa menghemat pengeluaran, bukan?

Akan tetapi ada beberapa hal lagi yang perlu Anda perhatikan dalam perawatan beberapa jenis tanaman hidroponik tadi. Diantaranya adalah cahaya matahari yang masuk dan diserap oleh tanaman tidak boleh terlalu berlebihan dan tidak disarankan cahaya matahari langsung. Nah, hal inilah yang membuat menanam tanaman secara hidroponik sama repotnya seperti merawat bayi. Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dengan baik.

Namun demikian sebenarnya banyak sekali kelebihan yang bisa Anda dapatkan dengan melakukan sistem hidroponik ini. So, semoga informasi ini menginspirasi Anda dan bermanfaat bagi Anda.
Read more

Wednesday, December 23, 2015

MACAM-MACAM MEDIA HIDROPONIK

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, hidroponik merupakan teknologi penanaman dalam larutan nutrisi (air dan pupuk) dengan atau tanpa penggunaan media buatan untuk menopang perakaran tanaman. Media tanam yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman secara hidroponik diantaranya: Rockwool, sekam bakar, cocopeat, hydroton, perlite ,vermiculite, pasir , kerikil, hydroton, pecahan bata dll. rinsipnya adalah media tanam bisa menahan dan menyerap air dengan baik, tidak mengandung bahan cemaran yang mengganggu pertumbuhan tanaman, aman.

Rockwool

Rockwool merupakan salah satu media tanam yang banyak digunakan oleh para petani hidroponik. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh media tanam ini.

Keungulan pemanfaatan rockwool sebagai media tanam yaitu:
Ramah lingkungan
Tidak mengandung patogen penyebab penyakit
Mampu menampung air hingga 14 kali kapasitas tampung tanah
Dapat meminimalkan penggunaan disinfektan
Dapat mengoptimalkan peran pupuk.
Namun karena terbuat dari bebatuan yang biasanya mengandung mineral alkali dan alkali tanah dalam jumlah besar, pH dari rockwool cenderung tinggi bagi beberapa jenis tanaman (antara 7.8 hingga 8.0) sehingga dibutuhkan perlakuan khusus sebelum dijadikan media tanam atau dengan memanfaatkan pupuk yang bersifat asam.

Cocopeat
Serbuk sabut kelapa, terbuat dari sabut kelapa yang diolah menjadi serbuk. Biasanya dicampur dengan sekam bakar sebagai media tanam hidroponik.

Sekam Bakar
Terbuat dari sekam padi yang dibakar menjadi arang sekam atau sekam bakar.

Hidroton
Berupa butiran sebesar kelereng, terbuat dari tanah liat yang dipanaskan pada suhu tinggi.

Media tanam Hidroponik dapat dikelompokan menjdai 2 golongan yaitu:

1. Organik Media

Contoh: arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, akar pakis, vermikulit, gambut dll

Kelebihan Organik Media,
Kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi, Baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat (mikroriza dll), Aerasi optimal (porus), Kemampuan menyangga pH tinggi, Sangat cocok bagi perkembangan perakaran, Digunakan pada tipe irigasi drip, Lebih ringan.

Kekurangan Organik Media
Kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur, bakteri, maupun virus penyebab penyakit tanaman, Sterilitas media sulit dijamin, Tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus diganti.

2. Non-Organik Media

Contoh : perlit, rockwool, clay granular, sand, gravel, batu apung, batu bata, batu karang, dll

Kelebihan Non-Organik Media
Permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama, Porus, aerasi optimal, Cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab, Sterilitasnya lebih terjamin Jarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus
Read more

Monday, December 21, 2015

6 tipe dasar sistem hidroponik

Ada 6 tipe dasar sistem hidroponik, system Wick, Water Culture, Ebb dan Flow (Flood & Drain), system Drip ,NFT (Nutrient Film Technique) dan Aeroponik. System dasar ini bisa dimodifikasi sesuia kemauan anda, kreatifitas anda bisa diasah dalam merancang system hidroponik untuk tanaman anda. Ada ratusan variasi pada tipe-tipe dasar dari sistem, tetapi semua metode hidroponik adalah variasi (atau kombinasi) dari keenam system ini.

WICK SYSTEM


Sistem Wick adalah sistem yang paling sederhana dari ke 6 dasar system hidroponik. Ini adalah sistem pasif, yang berarti tidak ada bagian yang bergerak. Larutan nutrisi ditarik ke dalam media tumbuh dari wadah nutrisi dengan sumbu, biasanya sumbu menggunakan kain flannel atau jenis bahan lain yang mudah menyerap air. Sistem wick biasanya menggunakan media tanam seperti Perlite, Vermiculite, batu kerikil, hydroton, sekam bakar, cocopeat. Kelemahan terbesar dari sistem ini adalah jika tanaman besar dan menggunakan air lebih banyak dari daya serap sumbu.

WATER CULTURE


Sistem water culture / rakit apung adalah yang paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif. Platform yang memegang tanaman biasanya terbuat dari styrofoam dan mengapung langsung pada larutan nutrisi. suplai oksigen ke akar tanaman menggunakan pompa aquarium yang dimasukkan ke dalam bak penampung nutrisi hidroponik. Biasanya system rakit apung ini digunakan untuk sayuran jangka pendek seperti lettuce , kangkung dan jenis sawi sawian yang lain. Kelemahan terbesar dari sistem semacam ini adalah bahwa system rakit apung tidak bekerja efektif pada tanaman besar atau pada tanaman jangka panjang.

EBB & FLOW - (FLOOD AND DRAIN)


Sistem hidroponik ini bekerja dengan mengaliri bak dengan nutrisi kemudian dikosongkan kembali mengalir ke bak penampung. Menggunakan pompa aquarium yang disetting waktunya dengan timer. System kerjanya adalah ketika timer menyala maka pompa akan memasukan air ke bak untuk tanaman sedangkan ketika timer mati maka air nutrisi pada bak tanaman akan kembali ke bak penampung nutrisi.

Timer diatur untuk hidup beberapa kali sehari , tergantung pada ukuran dan jenis tanaman , suhu dan kelembaban dan jenis media digunakan . Gunakan media tanam yang mampu menahan air cukup lama, untuk antisipasi jika timer mati karena ada gangguan aliran listrik, supaya akar tanaman masih bisa bertahan dengan sisa air dalam media tanam. Jika media tanam cepat kering sedangkan listrik mati tentu akan bermasalah.

DRIP SYSTEMS/ RECOVERY / NON-RECOVERY


Sistem drip ini adalah system sederhana yang paling banyak digunakan di dunia. Tanaman dialiri nutrisi melalui tetesan di stick drip pada setiap tanaman,aliran nutrisi menggunakan pompa dari bak penampung nutrisi ke setiap tanaman yang diatur menggunakan manifold. Aliran air akan diatur menggunakan timer yang dihubungkan ke pompa. Untuk yang system recovery adalah kelebihan tetesan akan diolah lagi dan dimasukkan dalam bak penampung nutrisi untuk dialirkan ke tanaman lagi, sedangkan system Non-recovery kelebihan tetesan pada drip akan dibiarkan mengalir ke tanah.

N.F.T. (Nutrient Film Technique)


NFT merupakan system yang biasa dan umum digunakan untuk para hidroponikers. Seperti gambar diatas nutrisi ditampung dalam bak dan dialirkan dengan pompa ke tanaman dengan aliran terus-menerus yang tipis / dangkal melalui akar tanaman. Sistem ini rentan terhadap keringnya akar tanaman jika listrik mati dan pompa tidak bisa mengalirkan air.

AEROPONIC


Seperti pada system NFT akar akan menggantung namun nutrisi tidak dialirkan seperti pada NFT namun disemprot kabut menggunakan nozzle. Aeroponik merupakan system hidroponik yang menggunakan teknologi paling tinggi dibandingkan dengan 5 sistem yang sudah dijelaskan diatas. Peralatan terpenting adalah pompa, timer dan juga nozzle. Timer diatur sedemikian rupa akan bisa menyalakan nozzle untuk kebutuhan nutrisi pada tanaman. Karena akar menggantung diudara maka kabut harus cukup untuk membuat akar tercukupi kebutuhannya. Jika nozzle tidak menyala dalam waktu lama, dikawatirkan akar akan mengering.
Read more

Friday, December 18, 2015

PEMBUATAN LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu. Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity larutan tersebut.

Dalam pembuatan pupuk hidroponik, baik untuk sayuran daun, batang dan daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsure Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap oleh akar.

Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan kebutuhan hara oleh tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin pekat, sehingga ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika EC rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga ketersediaan unsur hara lebih sedikit.

Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,5. Pada EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar. Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis.

Berikut merupakan cara pembuatan larutan nutrisi hidroponik untuk menghasilkan larutan nutrisi 1000 liter


Komposisi Pekatan A

•Kalsium nitrat: 1176 gram
• Kalium nitrat: 616 gram
• Fe EDTA: 38 gram

Komposisi Pekatan B

• Kalium dihidro fosfat: 335 gram
• Amnonium sulfat: 122 gram
• Kalium sulfat: 36 gram
• Magnesium sulfat: 790
• Cupri sulfat: 0,4 gram
• Zinc sulfat: 1,5 gram
• Asam borat: 4,0 gram
• Mangan Sulfat: 8 gram
• Amonium hepta molibdat: 0,1 gram

Kemudian melarutkan tiap-tiap komposisi A maupun B dengan air hingga 20 liter (bukan ditambah air 20 liter). Aduk hingga larut. Pekatan A dan pekatan B masing-masing 20 liter siap digunakan.

Membuat larutan siap pakai:

Jika ingin membuat larutan sebanyak 20 liter, tuangkan pekatan A dan pekatan B masing-masing 0,6 liter. Tambahkan air sebanyak 18,8 liter kemudian diaduk. Dengan demikian larutan siap digunakan. Larutan tersebut memiliki EC 2,2 mS/cm.
Read more

Wednesday, December 16, 2015

Kultur substrat atau agregat

Kultur substrat atau agregat adalah kultur hidroponik dengan menggunakan media tumbuh yang bukan tanah sebagai pegangan tumbuh akar tanaman dan mediator larutan hara. Pada umumnya, pemberian larutan dilakukan dengan sistem terbuka (“open system”), artinya larutan yang diberikan ke tanaman tidak digunakan lagi (Jensen 1990; Raffar 1990). Kultur ini merupakan sistem yang paling mudah diadopsi selain sistem NFT (Raffar 1990) dan tampaknya merupakan salah satu sistem yang banyak dikembangkan para petani/pengusaha agrobisnis di Indonesia.

Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa media pertumbuhan seperti pasir, kerikil, batuan alam, arang sekam, atau batu apung dapat digunakan. Di Amerika banyak digunakan media gravel, perlite, rockwool, pasir, serbuk gergaji, peat moss atau vermikulit (Douglas 1985; Jensen 1990; Resh 1985). Beberapa persyaratan penting bagi media pertumbuhan ini antara lain adalah bertekstur seragam dengan ukuran butir sedang, bersih dari kotoran, dan steril (Resh 1985; Douglas 1985). Bentuk karakteristik media tersebut akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas serta terhadap kebutuhan larutan hara tanaman. Oleh karena itu pemilihan media yang tepat dapat meningkatkan produksi sayuran.

Di Indonesia, media agregat yang baik dan murah adalah arang sekam Media ini sudah banyak digunakan oleh para petani hidroponik maupun pengusaha hidroponik yang besar. Selain arang sekam, pasir juga sangat baik untuk media hidroponik. Harga pasir lebih mahal tetapi umur penggunaannya lebih lama. Menurut Jensen (1975), hasil penelitian pada tomat media pasir juga menunjukkan keunggulan yang lebih baik daripada “rockwool”. Campuran pasir dengan “peat moss”, vermikulit, arang sekam, dan perlite juga menghasilkan pertumbuhan tomat yang baik.

Pengelolaan

Aspek lain yang penting dalam menentukan keberhasilan budidaya hidroponik pada tanaman sayuran adalah pengelolaan tanaman, yang meliputi persiapan bahan media, larutan nutrisi maupun tanaman, pemeliharaan tanaman mulai dari persemaian/pembibitan, aplikasi larutan nutrisi, proteksi tanaman dari hama dan penyakit, panen, serta pasca panen.

Beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan tanaman adalah upaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman yang sehat. Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa meskipun budidaya hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca/ plastik/ kasa, namun gangguan dari hama penyakit masih tetap ada. Menurut Bugbee (2003), kunci penting untuk mengendalikan hama penyakit di rumah kaca adalah memilih varietas yang tahan hama penyakit, mengawasi lingkungan untuk mengurangi penyakit, melaksanakan sanitasi yang baik di dalam dan sekitar rumah kaca, dan menerapkan tindakan pengendalian secara manual dan kimiawi yang tepat. Selanjutnya, panen dan penanganan pasca panen yang tepat akan menentukan kualitas hasil sayuran yang diharapkan.
Read more